Sigale-Gale Batak Paling Diminati Wisatawan


RIAU MERDEKA, TOMOK - Pertunjukan Tor-tor Sigale-Gale adalah merupakan salah satu objek wisata Budaya Batak Toba di Tomok, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Tor-tor Sigale-gale mengandung nilai historis budaya Batak Toba yang menceritakan duka seorang raja kehilangan akan putra mahkota.

Demikian disampaikan Dalang Sigale-Gale Tomok, Kabupaten Samosir Parlindungan Situmorang kepada riaumerdeka.com Sabtu, (5/1/2019) di samping Pusat Penjualan Souvenir dan Cindera mata Tomok.

"Sigale-gale adalah fakta bukan dongeng atau mitos yang merupakan salah satu peninggalan leluhur nenek moyang kita yang menceritakan kehilangan sil-silah marga batak yang hilang. Konon ceritanya, Ada seorang Raja Batak yang memiliki anak simata wayang yang merupakan putra mahkota. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak anak simatang wayang raja yang masih remaja tersebut meninggal dunia, "Tutur Situmorang dengan raut wajah berkerut mengenang kisah sang raja.

Menurut Situmorang, Anak laki-laki bagi orang batak dinilai sangat berharga, karena anak laki-laki adalah generasi penerus atau keturunan yang mewarisi marga Bapaknya. Itu sebabnya, Sang raja sangat bersedih memikirkan generasi atau marganya hilang karena anak simata wayangnya meninggal dipanggil oleh Tuhan yang maha kuasa.

"Salah satu filosopi orang batak, disamping mempunyai kekayaan materi juga memiliki keturunan anak laki-laki dan anak perempuan (Maranak, Marboru), "kata Situmorang.

Dikatakan, Anak raja tersebut bernama Oppu Tuan Raja Manggale yang pada suatu hari kelak sang Raja mengharapkan anaknya Oppu Tuan Raja Manggale akan menggantikan kedudukan sebagai Raja. Sejak meninggalnya Oppu Tuan Raja Manggale maka harapan Raja langsung seketika sirna.

Seiring waktu berjalan setelah kematian Oppu Tuan Raja Manggale, Maka Raja sangat menderita menajalani sisa-sisa hidupnya yang berputus asa. Maka oleh Tua-tua adat atau penasehat raja membuat inisitif dengan menciptakan sebuah patung yang menyerupai Oppu Tuan Raja Manggale sebagai upaya menghibur raja yang lagi bersedih.

Pada waktu itu dibuatlah pesta besar-besaran (Margodang bolon) yang dihadiri seluruh rakyat diwilayah Tomok dan sekitarnya. Saat pesta dimulai dengan iringan musik tradisional gondang batak lalu patung yang menyerupai Oppu Raja Manggale digerakkan oleh seorang dalang menggunakan kekutan ghaib atau mistis, sehingga hati Raja sedikit terhibur menyaksikan anaknya Oppu Tuan Raja Manggale layaknya sedang menortor dengan berbagai gerakan.

Singkat cerita, Atas pertunjukan Sigale-gale dan Gondang Bolon tersebut, akhirnya berhasil membuat hati sang Raja terhibur dari kesedihan yang dideritanya karena anaknya itu seolah-olah hidup. Mulai sejak itu sampai kini pertunjukan Sigale-Gale menjadi salah satu Ikon objek wisata budaya Batak Toba di Tomok yang tidak bisa terlupakan, khususnya bagi orang batak dan umumnya bangsa indonesia yang kaya akan budaya nusantara.

"Kalau liburan perayaan hari besar seperti, Perayaan Natal, Tahun Baru dan Hari Raya Idul Fitri pengunjung wisatanya mencapai ribuan setiap hari. para wisatawan tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan dan kota lainnya. 

Salah seorang pengunjung Tor-tor Sigale-Gale, Evi Lamria Nainggolan saat diminta keterangannya, Ia mengaku sangat antusias menyaksikan perjunjukan budaya Batak tersebut.

"Meskipun saya pernah melihat sigale-gale, namun baru sekarang saya mengerti sejarah Sigale-gale. Saya sangat bangga menjadi orang Batak yang kaya akan budayanya. Bahkan  terkenal hingga kepelosok nusantara dan mancanegara, "Kata Evi bangga salah seorang pengunjung dari Balige sambil membelai rambutnya yang terurai.

Penulis     : Palasroha Tampubolon
email        : redaksi.riaumerdeka@gmail.com


TERKAIT