Orkestra Debat Capres Menjelang Pilpres

RIAUMERDEKA-Banjirnya statemen atau berbalas pantun adalah bagian orkestra yang sengaja dimainkan dipanggung politik, menjelang kancah Pemilihan Presiden (Pilpres) 14 Februari 2024.

Tak jarang masing-masing Tim Pemenangan TKN, TPN dan Timnas AMIN terlihat dari jejak digital. Seperti di media Cetak, Online dan Elektronik mereka saling membalas dan merespon satu dengan yang lainnya.

Tujuannya adalah, agar masing-masing Paslon Capres terlihat lebih unggul dari Rivalnya. Muaranya adalah berharap mendapatkan elektoral dan perolehan suara yang signifikan.

Suhu politik makin terasa dan makin panas, seiring makin dekatnya waktu yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), baik itu Pileg maupun Pilpres, Tinggal menunggu menghitung hari.

Setiap Paslon Capres menyampaikan gagasan, program dan Visi Misi nya dalam setiap debat. Dan setiap masing-masing Paslon Capres mendapatkan kesempatan menanggapi dan saling melemparkan pertanyaan dari satu dengan yang lain.

Hal itu dapat disaksikan di Televisi Nasional yang disiarkan secara langsung, mulai debat Capres-cawapres pertama hingga saat ini. Publik juga bisa menilai program mana yang rasional dan masuk akal.

Selanjutnya, publik dapat mengetahui program apa saja yang ditawarkan oleh masing-masing Paslon Capres tersebut. Misalnya, Membangun 40 Kota setara Jakarta, Makan Siang gratis, dan Satu keluarga kurang mampu satu Sarjana, Internet Gratis dan KTP SAKTI.

Tak heran pula, akrobat politik sengaja dimainkan oleh politisi dan pimpinan Parpol tertentu, tanpa menghiraukan mekanisme yang seharusnya di jalankan oleh setiap Partai Politik. Karena tujuan normatif Parpol, pada umumnya adalah Menang dan Berkuasa.

Itu sebabnya, dalam tahun politik muncul istilah, Politik Identitas, Black Campaign, Elektabilitas, Koalisi, Oposisi, Buzzer, Rezim, Playing Victim dan berbagai istilah lainnya.

Misalnya, Kampanye negatif menyampaikan sisi yang buruk, atau negatif dari seorang calon. Walau faktanya demikian, itu tidak ada hukumannya.

Tak heran, Kampanye hitam (Black Campaign) juga digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang buruk, namun tidak sesuai dengan kenyataan atau hoax.

Soalnya, Kampanye Black Campaign adalah sebuah upaya untuk merusak atau mempertanyakan reputasi seseorang, dengan mengeluarkan propaganda negatif.

Selain itu, Juga digunakan Kampanye (Playing Victim), Playing Victim disebut dengan istilah victim mentality. Meski kesalahan tersebut adalah perbuatannya sendiri.

Melansir studi di Public Library of Science: playing victim terjadi ketika seseorang melemparkan kesalahan kepada orang lain. Seolah-olah dia terzalimi, namun tujuan nya adalah mendapatkan simpati dari publik.

Dibalik hiruk pikuk momentum pesta demokrasi Pilpres dan Pileg di sambut oleh sebagian masyarakat dengan dengan riuh, riang gembira. Sehingga eforia pesta demokrasi sangat terasa.

Misalnya, Lomba Goyang Gemoy di ikuti oleh 30 peserta dari bebagai daerah didominasi oleh pria dan wanita. Kegiatan tersebut dilaksankan di Alam Wisata Andi Sidomulyo Stable Desa Pematang Tebih, Kecamatan Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal, (19/1/2024) lalu, memperebutkan hadiah uang jutaan rupiah.

Penulis : Palasroha Tampubolon
Pimred :  Riaumerdeka.com

TERKAIT